SINOPSIS

Tujuan blog ini adalah untuk menebarkan indahnya cahaya kehidupan dengan menyadari bahwa ada kebaikan dalam setiap fase waktu dan peristiwa yang dialami seseorang, serta untuk mengingatkan diri kita akan keberkahan pandangan hidup ini, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan memaparkan apa-apa saja yang menghalangi seseorang untuk melihat kebaikan, Blog ini mudah-mudahan dapat menolong dari “kematian” menuju cara berpikir yang diajarkan oleh Islam. Blog ini ditulis untuk mendorong seseorang agar mengadaptasi prinsip-prinsip moral yang dengannya, ia dapat berkata, “Ada kebaikan di dalamnya.” Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan perasaan dan hati. Ia menunjukkan kesabaran dalam menghadapi kesulitan dengan penuh ketundukan dan rasa syukur, bukan hanya terus-menerus menderita dalam situasi demikian. Mengingatkan satu sama lain tentang kesempurnaan takdir yang telah dituliskan oleh Allah adalah ajakan bagi semua kaum mukminin agar menikmati indahnya penyerahan diri pada kebijaksanaan Allah yang tak terhingga.








More Bismillah Comments



Content this BLOG


Kamis, 25 Februari 2010

Tengoklah ke "dalam" sebelum BICARA

Assalamualaikum wahai teman, kerabat dan sahabat

Ada sebuah kisah kecil, ketika masih aktif bersama teman-teman di organisasi remaja masjid kampung. Namun kisah kecil ini telah menjadi "prasasti" indah dalam kehidupan saya sampai sekarang.

Waktu itu kami sedang giat-giatnya menggelar usaha keagamaan dan merangkul para remaja agar giat dibidang dakwah. Tiba-tiba di belakang masjid kami, salah seorang warga membuka rumahnya untuk dijadikan tempat judi togel (yang orang tua pasti tahu apa yang nama judi buntut).

Setiap malam orang-orang selalu ramai berkumpul di situ. Karena dari pihak desa, juga para perangkatnya tidak ada reaksi apa-apa terhadap judi itu, maka kami bersepakat untuk negosiasi dengan warga itu. Agar kegiatan yang banyak merugikan masyarakat itu dihentikan saja.

Dengan semangat, kami bersepakat untuk mendatangi tempat tersebut, bahkan dengan nada yang penuh amarah. Namun sebelum berangkat, ada salah satu senior kami yang mengingatkan. Ia berkata pada kami. "Ini kerja besar.Ini perjuangan berat. Jangan gegabah kita melangkah. Kita harus lebih siap lagi untuk maju ke medan "jihad" ini. Ada sesuatu yang harus kita laksanakan dulu sebelum kita maju kesana."

Senior kami itu menyarankan agar kami mengoreksi diri dulu. Sudah sejauh mana ibadah harian kita kepada Allah SWT. Sudah sejauh mana komitmen kita terhadap apa yang diperintahNya dan apa yang dilarangNya sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an .

Ahirnya, selama beberapa hari, kami disarankan untuk sebisa mungkin sholat wajib berjamaah. Kita juga harus bangun malam untuk qiamullail. Yang biasanya jarang puasa Senin Kamis, sekarang amalan Nabi Muhammad itu harus dilaksanakan dengan intensif.

Pokoknya, senior kami itu menyarankan agar sebisa mungkin mengaplikasikan bentuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. Tidak hanya bentuk "amar ma'ruf" saja, tapi mesti diiringi juga dengan "nahi mungkar." Seperti yang masih merokok untuk segera meninggalkan perbuatan mubah itu.

Beberapa hari kemudian, saat hari 'H' sudah tiba, kami berkumpul lagi. Namun kami tidak jadi menemui bandar togel itu. Sebab, dengan izin Allah, orang itu sudah menutup total usahanya. Rupanya ia sudah kembali berprofesi seperti biasa, yaitu sebagai kuli bangunan. Kami merasa gembira sekali. Dan semua ini sudah jelas merupakan pertolongan dariNya. Entah apa yang terjadi seandainya kami menyikapi perbuatan salah seorang warga di dekat masjid itu dengan emosional pada waktu itu, tanpa mengindahkan nasehat senior kami.

Apakah ini sebuah kemenangan sebelum bertanding? Tidak juga. Sebab kami telah berjuang dulu, berjuang menaklukan napsu diri. Bukankah ini juga merupakan yang namanya jihad besar?

Pantas, jika sahabat Umar ra. sebelum berangkat perang dengan orang kafir, selalu memeriksa pasukannya sedetil mungkin. Mereka yang malamnya tidak qiamullail, sementara jangan ikut ke medan jihad dulu. Kata Khalifah kedua itu: "Saya tidak takut dengan musuh yang banyak, tapi saya lebih takut kepada banyaknya dosa yang kita bawa. Sehingga kita akan kesulitan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT."

Dan sejarah juga mencatat gemilangnya perang Badar bagi kaum muslimin. Padahal erbandingan jumlah pasukan antara kaum muslimin dan kafir sama sekali tidak seimbang. Tentu sudah bisa dipastikan bahwa salah satu faktor kemenangan kaum muslimin adalah karena kwalitas iman orang muslim masa itu yang sangat prima. Dan tentunya sangat minim dengan dosa-dosa. Tidak seperti kami di jaman ini.

Saya hanya bisa berpikir, seandainya saya, keluarga saya, lingkungan saya, atau skup yang lebih luas lagi negri saya, dalam mengatasi masalah berkiblat dengan cara mereka, mungkin Allah pun akan memberi kemudahan dalam mengatasi berbagai masalah.

Ya, tentunya harus dimulai dari pribadi masing-masing. Sebab tak mustahil, bahwa saya, kita-kita inipun ternyata ada dalam barisan orang-orang yang menghambat pertolongan Allah (percaya nggak kalau saya katakan demikian).

Sampai sekarang pesan senior kami di organisasi remaja masjid bertahun-tahun lalu itu, selalu terngiang ditelinga saya, manakala ada sesuatu pekerjaan yang harus berhubungan dengan orang banyak. Pesan yang pendek, namun sangat berarti: "Bacalah dirimu! Sebelum kau baca orang lain!"

Atau dalam bahasa populer penyanyi ballada Ebiet G Ade:

"Tengoklah ke 'dalam', sebelum bicara."

Salam ukhuwah para jamaah, semoga kita selalu mendapat berkah

Tulisan ini saya tulis juga di:
http://filsafat.kompasiana.com/2010/02/25/tengoklah-ke-dalam-sebelum-bicara/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar